Senin, 06 Mei 2019

kinerja jaringan jalan (teknik sipil)


KONSTRUKSI JALAN RAYA
KINERJA JARINGAN JALAN

1. volume kendaraan
                Volume adalah jumlah kendaraan yang lewat pada suatu titik tertentu pada suatu ruas jalan dalam interval waktu yang tertentu pula. Volume merupakan dasar dari perhitungan kendaraan sebenarnya di lapangan yang biasa diukur dalam satuan kendaraan per jam atau satuan mobil penumpang per jam. Secara umum, volume kendaraan dapat diformulasikan
Secara umum, volume kendaraan dapat diformulasikan
2. kapasitas jalan
                Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 mendefinisikan kapasitas ruas sebagai arus maksimum (smp/jam) yang melewati suatu titik pada suatu jalan secara terus menerus selama satu jam pada kondisi tetap. Persamaan untuk menghitung kapasitas ruas jalan adalah sebagai berikut:
3.Derajat Kejenuhan
                Derajat Kejenuhan (DS) yaitu perbandikan arus lalu-lintas terhadap kapasitas ruas jalan tertentu (v/c ratio). Secara umum, Derajat Kejenuhan dapat diformulasikan.

4.Tingkat Pelayanan
                Untuk memudahkan dalam membaca karakteristik tingkat pelayanan ruas jalan, peneliti menambah kolom karakteristik tingkat pelayanan yang memuat tentang kondisi ruas jalan. Untuk pengelompokan karakteristik tingkat pelayanan dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini:



Senin, 01 April 2019

menghitung beda tinggi dan jarak mendatar cara tachimetry

MENGHITUNG BEDA TINGGI DAN JARAK DENGAN CARA TECHIMETRY

Untuk menggambarkan jarak suatu titik, maka jarak yang digambarkan adalah jarak mendatar. Oleh karena itu dalam pengukuran di lapangan yang di ukur tentulah jarak mendatar pula. Berikut ini di sajikan cara mengukur beda tinggi dan jarak mendatar pada gambar 1.1.

Rumus tachiemetry :
  • Dm             = A × h × cos α
  • D                = A × h × cos² α
  • t                  = ½ × A × h × sin 2 α
dimana :
  • Dm             = jarak miring
  • D                = jarak mendatar
  • h                 = ba - bb
  • A                = 100
  • α                 = 90° - pembacaan sudut vertikal
  • t                  = beda tinggi
Rumus beda tinggi (t) tersebut di atas berlaku bila tinggi pesawat sama dengan pembacaan benang tengah (ta=bt). Bila tinggi pesawat tidak sama dengan pembacaan benang tengah (ta=bt), maka rumus mencari beda tinggi menjadi :

  • t            = ½ × A × h × sin 2 α + ta - bt
dimana :
  • ta            = tinggi alat
  • bt            = benang tengah
contoh soal
Diperoleh data pengukuran sebagai berikut : ta = 1350, ba = 1400, bb = 1120, bt = 1260, dan sudut vertikal = 87° 07' 00''. Hitung jarak mendatar (D) dan beda tinggi (t) dengan cara tachimetry.

Pembahasan :
α                 = 90° - 87° 07' 00'' = +02° 53' 00''

D           = A × h × cos² α
              =100 × ( 1400 - 1120 ) × cos² 02° 53' 00"
              =100 × 280 × 0,9894
              = 27.70 m

t             = ½ × A × h × sin 2 α + ta - bt
              = ½ × 100 × ( 1400 - 1120 ) × sin 2 02° 53' 00" + 1350 - 1260
              = ½ × 100 × 280 × 0,1004 + 90

              = 1.451 m